Kumandang informasi

Menjaga Tradisi di Tengah Perkembangan Zaman, Masyarakat Desa Bandung Gelar Festival Bubur Suro 

PANDEGLANG, BANTEN – Masyarakat Desa Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, Banten, kembali menggelar Festival Bubur Suro, sebuah tradisi warisan leluhur yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam. Festival ini menjadi simbol kebersamaan, doa bersama, dan rasa syukur warga, sekaligus bentuk pelestarian budaya lokal di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.

Acara yang digelar di sepanjang jalan poros Desa Bandung, Kampung Cileuksa ini,mengangkat tema ” Merawat Tradisi, Menyatu Dalam Do’a dan Budaya”, terlihat ribuan warga dari berbagai penjuru daerah memenuhi lokasi Festival .

Bubur Suro hidangan khas berbahan dasar beras, santan, dan rempah yang disajikan dalam porsi besar, kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Bubur ini memiliki makna spiritual yang kuat, dipercaya sebagai simbol keselamatan dan keberkahan.

“Ini bukan sekadar makanan, tapi warisan yang mengandung nilai religius, solidaritas sosial, dan sejarah panjang masyarakat Pandeglang,” ujar Wahyu Kusnadiharja, Kepala Desa Bandung kepada wartawan, Minggu (6/7/2025).

Festival tahun ini terasa istimewa dengan penampilan seni tradisional, seperti debus, pencak silat, dan rampak bedug. Panitia juga menghadirkan pameran UMKM dan kuliner khas Banten, memperkuat peran festival sebagai ajang promosi budaya dan ekonomi lokal.

“Rangkaian ini kita mulai sejak tanggal 1 Muharam, kita melaksanakan Kegiatan pawai obor.yang selanjutnya kita lanjutkan kegiatan festival bubur suro ini yang di dalamnya terdapat berbagai macam pameran UMKM dan pertunjukan kesenian,” kata Wahyu.

Meski zaman terus berubah, antusiasme generasi muda dalam mengikuti dan mendokumentasikan acara ini melalui media sosial menjadi bukti bahwa tradisi tidak luntur, justru semakin relevan jika dikemas secara kreatif dan inklusif.

“Alhamdulillah, ini tahun ke 3 Desa Bandung melaksanakan kegiatan festival bubur suro, dan tidak pernah sepi. Bahkan tahun ini tercatat ada sekitar 2 ribu masyarakat yang terlibat didalamnya,” jelasnya.

Nantinya, lanjut Wahyu, pemenang Festival bubur suro ini akan diberikan apresiasi berupa uang pembinaan. Ada lima kategori pemenang dalam kegiatan Festival bubur suro kali ini.

“Masing-masing juara 1 dan 2, diantaranya kategori penampilan panggung terbaik, partisipasi masyarakat, keunikan, cita rasa bubur, dan hiasan bubur terbaik, ” pungkasnya.

Sementara salah seorang peserta Festival bubur suro, Indriani mengungkapkan rasa bangganya bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

“Saya setiap tahun ikut, alhamdulillah senang sekali karena ini merupakan upaya dalam menjaga tradisi di Kabupaten Pandeglang, khususnya di Desa Bandung,” singkatnya.

Festival Bubur Suro bukan hanya perayaan, melainkan juga pengingat pentingnya menjaga akar budaya dalam menghadapi derasnya modernisasi. Tradisi tetap hidup, selama generasi penerus terus memberi ruang dan makna dalam setiap gelarannya. (Red).

Berita Terbaru